Sudah lebih dari dua tahun pandemi berjalan. Selama itu pula kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara daring. Tidak banyak kegiatan yang diadakan, termasuk kegiatan upacara. Kali ini (17/8) upacara yang digelar di SMA Negeri 1 Mojosari betul-betul merupakan event yang sangat istimewa.

Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) yang ke-77 dilaksanakan berbeda dengan upacara pada umumnya. Ada tiga kelompok peserta upacara, yaitu para siswa dengan pakaian almamater kebanggaan, para siswa dengan berpakaian adat Nusantara yang mewakili wilayah dari Sabang sampai Merauke, serta segenap Bapak Ibu Guru dan karyawan. Ada juga peserta yang mengikuti upacara di pendopo kecamatan sekaligus bertugas menjadi pengibar bendera merah putih.

Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia berlangsung dengan situasi sangat hikmat. Apalagi saat pembacaan teks proklamasi oleh Pembina Upacara, para peserta upacara seolah hanyut dalam situasi proklamasi.

Bapak Suyono, selaku Pembina Upacara dalam pidatonya menyitir pesan Ir. Soekarno, Presiden RI pertama, “Jangan bertanya, apa yang diberikan negara kepada kita, tapi bertanyalah, apa yang kita berikan kepada negara?” “Beranjak dari pesan tersebut, sebagai generasi penerus kita harus berpositif thinking, belajar tekun, dan bekerja keras agar dapat memberikan yang terbaik untuk kemajuan bangsa dan negara Indonesia di masa depan,” jelas beliau seraya mengajak berdoa untuk orang-orang yang berjasa mulai kedua orang tua, Bapak Ibu Guru, para pahlawan bangsa baik yang sudah wafat maupun yang masih hidup.

Baca Juga : Membangun Inner Beauty dengan Kegiatan Keputrian

“Upacara hari ini berjalan dengan sangat hikmat dan atusiasme para peserta yang luar biasa,” kata Hilwa, salah satu peserta upacara saat ditanya komentarnya tentang upacara peringatan HUT RI ini.

Maisya Icha Mahyaya salah satu peserta dengan pakaian adat Nusantara menyampaikan bahwa upacara HUT RI yang ke-77 ini memang sangat menarik. “Upacara dengan pakaian adat Nusantara ini betul-betul menumbuhkan rasa nasionalisme yang tinggi. Upacara menjadi lebih hikmat.”

Reporter : Zerli Rororatu

Penulis : Zerla Rororatu