Selamat siang semuanya…hari ini tanggal 4 April 2016 untuk pertama kalinya SMA Negeri 1 Mojosari bersama empat SMA Negeri lainnya di kabupaten Mojokerto melaksanakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang masih menggunakan sistem Paper Base Test (PBT), tahun ini para siswa sangat antusias mengikuti proses yang ada. Dengan dorongan semangat dan motivasi yang diberikan Bapak/Ibu Guru, Alhamdulillah suasana kegalauan dengan sistem yang baru bisa dilalui dengan lancar. Sebelumnya para siswa sudah melaksanakan berbagai simulasi dan tryout untuk menghadapi even ini. Jadi segala bentuk kekhwatiran dan ketakutan lambat laun mulai sirna.
SMA Negeri 1 Mojosari memiliki peserta ujian Nasional tahun pelajaran 2015-2016 sebanyak 422 siswa yang terbagi menjadi 2 jurusan yakni IPA dan IPS. Ujian Nasional Berbasis Komputer dilaksanakan selama 6 hari yang terbagi menjadi 4 hari di minggu pertama ( Tanggal 4-7 April 2016) dan 2 hari di minggu ke-2 (11-12 April 2016). Setiap harinya para siswa harus melalui satu mata pelajaran dan peserta dibagi menjadi tiga sesi yang berbeda.
Ujian Nasional tahun ini sangat menekankan pentingnya integritas saat pelaksanaan berlangsung. Jadi disamping hasil yang bagus, diharapkan setiap siswa peserta ujian menjunjung tinggi nilai kejujuran dan itegritas saat mengerjakan setiap soal yang ada. Hasil ujian nasional nantinya yang diberikan disamping nilai dan predikat hasil tes juga akan diberikan indeks integritas. Indeks integritas menggambarkan tingkat kejujuran suatu sokolah saat melaksanakan ujian. Kebijakan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang menjadikan Ujian Nasional (UN) sebagai instrument untuk mengukur Indeks Integritas Sekolah (IIS), menarik untuk dicermati. Menurut Mendikbud, kebijakan tersebut dikeluarkan sebagai salah satu cara untuk menghentikan praktik menyontek pada pelaksanaan UN yang sering kali dilakukan secara sistematis. Kemendikbud sendiri telah memiliki formula penghitungan untuk mengetahui apakah pelaksanaan UN berlangsung jujur atau sebaliknya. Hasil penilaian tersebut nantinya akan dikirim ke pemerintah daerah maupun Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Dengan adanya IIS ini, diharapkan setiap sekolah akan senantiasa menjaga wibawanya melalui pelaksanaan UN dengan penuh kejujuran.
Lalu bagaimana mengukur indeks integritas sekolah ? Kemendikbud memiliki cara tersendiri untuk menentukan nilai integritas tersebut. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengatakan, indeks integritas diukur dari pola jawaban UN dari seluruh peserta UN di satu sekolah. Hasil Ujian Nasional (UN) dianalisa, dari situ kita lihat jawaban (di suatu sekolah) terpola atau tidak terpola. Jika jawaban suatu sekolah terpola pada pilihan salah yang sama, maka patut diduga disitu ada kerjasama dan ketidakjujuran.
Nilai Ujian Nasional (UN) juga akan dijadikan salah satu faktor penilaian apabila Kemendikbud bisa memberikan hasilnya jauh sebelum hari pengumuman kelulusan SNMPTN.
Ketua Umum Panitia SNMPTN dan SBMPTN 2016 Rochmat Wahab berpendapat menilai dua siswa dengan prestasi sama yang berasal dari dua sekolah berbeda akan cukup sulit. Indeks integritas dinilai akan mempermudah kerja panitia dalam menentukan siswa yang lebih pantas diluluskan dalam SNMPTN.
“Contohnya, siswa bernama A dan B punya nilai sama, yaitu 9. Namun, A berasal dari sekolah yang indeks integritasnya 10, sementara B berasal dari sekolah yang indeks integritasnya 5. Maka, kami akan menilai A dengan nilai 9, sementara B nilainya mungkin hanya 4,5,” kata Rochmat menjelaskan.
Di sisi lain, Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) Herry Suhardiyanto mengatakan seringkali nilai rapor sengaja direkayasa oleh pihak sekolah agar banyak siswa di sekolah bersangkutan lulus SNMPTN.
“Kadang, guru terlalu ‘murah’ memberikan nilai sehingga mudah sekali mendapatkan nilai bagus di rapor. Bahkan, ada guru yang dari awal semester sudah melakukan ini agar nilai siswa konsisten terlihat bagus di rapor,” kata Rochmat.
Oleh karena itu, ia mengatakan para rektor akan memeriksa nilai IPK alumni di universitasnya masing-masing dan menghubungkannya dengan sekolah asal. Hal itu menandakan para performa senior dari pendaftar SNMPTN akan diperhitungkan.
“Kami melihat bahwa mayoritas siswa dengan nilai rapor yang bagus akan memiliki IPK yang tinggi pula di universitas. Jarang terjadi mahasiswa dapat IPK tinggi kalau waktu sekolah nilainya jelek,” kata Herry.
Admin : dihimpun dari berbagai sumber